Hijrah Dahulu, Istikamah Kemudian

Melihat hidup dari sudut pandang optimisme, ternyata indah sekali. Bahwa seseorang terkadang harus terjerembab pada titik terendah dalam hidupnya, itu wajar, manusiawi. Bahwa seseorang harus jatuh terpelanting hingga berdarah, terpuruk, menjadi pecundang, itu biasa. Yang luar biasa adalah ketika ia mampu bangkit dari keterpurukan, mengambil momentum sekuat tenaga, lalu melesat kencang melewati tantangan menuju titik tertinggi dalam hidupnya. Mungkin salah satu dari kita pernah bingung, ingin berubah menjadi sosok yang lebih baik, tapi dari mana memulainya. Hijrah, kata inilah yang sering kita dengar sekarang. Banyak yang memutuskan hijrah karena sudah mendapatkan hidayah dari-Nya. Tapi, apa benar hijrah itu hanya menunggu datangnya hidayah? Atau sebenarnya hidayah itu sudah ada, tapi kita tak sadar? Cara terbaik adalah dengan menanyakan kepada diri kita sendiri. Dengan begitu, kita akan menjalaninya dengan penuh keikhlasan dan niat ingin berubah karena Allah. Allah menciptakan, memelihara, dan mengatur kehidupan hamba-Nya, lalu membentangkan tangan-Nya di malam hari untuk menerima tobat mereka yang berdosa di siang hari, dan terus membentangkan tangan-Nya di siang hari untuk menerima tobat hamba-hamba yang berdosa di malam hari. Seseorang boleh mengaku mencintaimu melebihi siapapun di dunia ini, lalu boleh jadi besok-lusa dia membencimu melebihi siapapun di dunia ini. Ketika saatnya tiba, setiap pertemuan akan menemui perpisahan, tapi cinta Allah kepadamu tidak terjangkau logika, tidak terhitung oleh rumus dunia mana pun, cinta-Nya tercurah menembus dimensi ruang dan waktu.

Scroll to Top